Tapi aku tak putus asa. Aku terus berharap hingga pada akhirnya apa yang kuharapkan menjadi kenyataan. Tapi, sebelumnya aku harus bersabar. Aku harus menunggu. Walaupun kenyataannya aku benci menunggu.
Menunggu. Suatu kata yang tak asing ditelingaku. Menunggu adalah hal dimana aku harus menanyakan kepastian-Seharusnya. Tapi, pada akhirnya semua hanya di mulut saja. Tapi tidak dengan hati.
Pada akhirnya, aku mendapatkannya. Senyuman menghiasi wajahku. Tapi itu tak bertahan lama. Karena pada akhirnya, semua berakhir tanpa alasan yang jelas.
Sempat aku bertanya, ada apa dengan dia. Tapi tak ada alasan yang bisa kuterima. Aku egois. Sungguh, aku harus merelakan dia yang tak akan jadi milikku lagi.
Saat itu juga, fikiranku menerawang jauh mengingat semua tentangnya. Seketika pada saat itu juga aku menggeleng kepala.
Aku tak boleh mengingatnya jika tak ingin rasa sakit hati muncul kembali
Apa boleh buat. Bersamamu tak lebih dari cerita yang berakhir kecewa cerita dimana pangeran dan sang putri putus di tengah jalan. Sungguh malang. Tapi apa boleh buat. Bukan takdir namanya.