Kepada kamu,
Dengan penuh kebencian. Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Aku ingin membuatmu tertawa bersamaku dan melupakan kesedihanmu.
Aku benci melihat SMS-mu muncul di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur. Cukup begini saja.
Aku benci ketika aku cemburu padamu. Saat kau dekat dengannya, bersenda gurau dengannya, api cemburu membara di hatiku. Aku benci kenapa aku menjadi aneh dan canggung saat bertemu denganmu. Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan, tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, “Hey! Dia menyakitmu, dia lebih mementingkan perempuan lain,” harus dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan hiraukan logikamu”
Aku benci saat aku terus mengharapkanmu dan merindukanmu. Bahkan disaat kamu mengabaikanku, menyakiti hatiku, dan melukai perasaanku. Aku benci aku tak bisa membencimu. Aku benci aku tetap menyanyangimu, meskipun kau telah menghancurkan hatiku. Aku benci karna aku mencintaimu. Kurasa aku telah kehilangan akal sehatku.
Dibalik semua kebencian itu, harus kuaiku aku mencintaimu. Aku takut kamu pergi meninggalkanku dan melupakanku.
source: tumblr
Dengan penuh kebencian. Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Aku ingin membuatmu tertawa bersamaku dan melupakan kesedihanmu.
Aku benci melihat SMS-mu muncul di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur. Cukup begini saja.
Aku benci ketika aku cemburu padamu. Saat kau dekat dengannya, bersenda gurau dengannya, api cemburu membara di hatiku. Aku benci kenapa aku menjadi aneh dan canggung saat bertemu denganmu. Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan, tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, “Hey! Dia menyakitmu, dia lebih mementingkan perempuan lain,” harus dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan hiraukan logikamu”
Aku benci saat aku terus mengharapkanmu dan merindukanmu. Bahkan disaat kamu mengabaikanku, menyakiti hatiku, dan melukai perasaanku. Aku benci aku tak bisa membencimu. Aku benci aku tetap menyanyangimu, meskipun kau telah menghancurkan hatiku. Aku benci karna aku mencintaimu. Kurasa aku telah kehilangan akal sehatku.
Dibalik semua kebencian itu, harus kuaiku aku mencintaimu. Aku takut kamu pergi meninggalkanku dan melupakanku.
***
source: tumblr