"Semenjak kamu pergi meninggalkanku, hanya ini yang ku rasa. Aku tidak sakit, hanya hancur.”
“Ada dua hal yang memang tak akan bisa untuk di paksakan. Yang pertama adalah memaksakan hati untuk mencintai. Dan hal yang kedua adalah memaksakan hati untuk melupakan orang yang kau sayangi."
“Karena mantan adalah kombinasi antara rindu dan masa lalu.”
— Begitu indah bukan? Namun menyesakkan.
Mungkin kamu tau, aku lelah menghitung waktu yang kulewati tanpamu, tapi percayalah hingga detik ini aku masih merasa hangat hanya dengan mengeja namamu.
“Jika suatu hari nanti, kau melihatku bahagia bersama orang lain, itu bukan karena aku telah melupakanmu. Tapi karena dia mampu mengangkatku dari jatuh yang di sebabkan oleh kamu.”
“Mungkin aku tidak menangis, tapi sakit. Mungkin aku tidak mengatakan, tapi aku merasakan. Mungkin aku tidak menunjukkan tapi sungguh, aku peduli.
"Ada hati yang cuma bisa kangen dari jauh. Jauh sekali."
“Putus cinta itu tidak sakit. Yang sakit itu, sudah putus tetapi masih cinta…”
“Putus cinta itu tidak sakit. Yang sakit itu, sudah putus tetapi masih cinta…”
“Cinta pertama itu indah. Bukan karena orang itu cantik atau tampan. Tapi karena saat itu kita mencintai dengan murni, tanpa syarat apapun, begitu polos dan sedikit bodoh.”
“Pergilah, larilah, terbanglah bila perlu. Karena dengan cara itulah kamu dapat membantuku untuk melupakanmu.”
“Menyukai seseorang itu seperti mengetuk sebuah pintu. Jika kau tak mengetuknya, maka pintu itu tak akan terbuka. Dan jika kau hanya diam di tempat, tak melakukan apapun. Tak akan ada yang berubah, dan tak akan ada yang di dapatkan.”
— Lantas ketika aku telah mengetuk pintu dan kau tak mencoba untuk membukanya, aku bisa apa?
“Bagiku, jatuh cinta itu sakit tetapi manis rasanya. Sakit, ketika mencinta lalu terjatuh dan manis, ketika terjatuh lalu mencinta. Yang menghasilkan cerita yang akan terukir abadi dalam hati, dan tidak akan dilupakan. Karena cinta sungguh urusan hati, bukan otak.”
“Waktuku juga sama berharganya seperti waktumu, apakah aku harus terus mengejarmu? Lagi dan lagi? Sampai aku lelah dan memutuskan untuk menyerah?”
“Berbohong selalu lebih mudah, daripada mengatakan yang sebenarnya.”
— Iya, dan aku berbohong sudah melupakan kamu.
“Bukan sakitnya yang membuatku menderita. Tapi bekas luka itu yang membuatku terlalu sakit untuk mengingatnya.”
“Berkali kali ingin berhenti..berkali kali mengeluhkan lelah hati..
Tapi nyatanya…rindu tak jua pergi meski ditepiskan berkali kali..”
Tapi nyatanya…rindu tak jua pergi meski ditepiskan berkali kali..”
"Aku masih mencintaimu. Aku masih sangat mencintaimu. Namun kuputuskan untuk biarkan kau pergi. Untuk apa aku mempertaruhkan hatiku pada seseorang yang hanya bisa menyakitinya?"
Dirimu, memiliki tempat yang tak tergantikan di hatiku.
“Hatiku kembali melemah, aku lelah, lelah menangis. Hatiku sakit dan terengah. Sejak kapan kebahagiaan bisa hidup di atas penderitaan orang lain? Apakah satu kebahagiaan berarti satu lelehan air mata?”
—Selamat, kini kau telah berbahagia dengan cintamu yang baru. Dan aku? Mencoba mengikhlaskanmu. Berharap kau selalu bahagia, meski ku tak tahu seperti apa bentuknya.
Aku, yang merelakanmu.