Thursday, 30 January 2014

Pengkhianatan

Untukmu.
Untuk kesempatan yang kesekian kali yang aku berikan ini, aku benar-benar mengandalkan kejujuran dan keseriusan sebuah hati. Aku tak mau lagi merasakan sakit hati karna belati yang sama. Karena penghianatan yang senada. Untuk kamu yang lagi-lagi aku beri hati, aku benar-benar tidak memiliki kesempatan lagi setelah ini. Jika memang hatimu terlalu beku untuk menghargai sebuah kesempatan yang aku bangun untuk mempercayaimu seperti dulu, mungkin aku tak akan berharap pernah mengenalmu dalam hidupku. Sakitku sudah teramat pilu untuk sebuah perjuangan yang aku ampu. Mungkin ini hanya sebuah penegasan, bahwa aku tak akan lagi memberimu kesempatan baru setiap kali kamu kembali mebuat hatiku kelu karna tingkah lakumu.

Malam ini aku benar-benar tak ingin memiliki ingatan tentang pengalaman kelam yang pernah aku pertahankan. Tapi hatiku sudah terlalu lemah untuk menahan otakku dari siksaan ingatan perih yang terlalu dalam. Air mata itu jatuh tanpa peringatan. Otakku seakan memutar kembali detik-detik ketika aku melihat kenyataan. Ya, kenyataan yang biasannya dilakukan oleh seseorang yang melakukan penghianatan. Aku tidak pernah membayangkan dia akan melakukan itu semua. Menanyakan kabar, berkali-kali meminta balasan, dan bahkan yang lebih menyakitkan,  gallery handphone nya berisi seorang perempuan. Bukan aku tentunya. Itu semua yang ia lakukan bersamaku ketika kita masih bersama. Dan aku tidak pernah menyangka ia akan melakukan hal serupa dengan perempuan yang ia akui sebagai topeng belaka.  

Apakah harus dengan cara seperti itu agar ia mampu mempertahankan ku? Jika iya, lebih baik disudahi saja ini semua. Lebih baik aku sakit karna sebuah perpisahan daripada karna sebuah penghianatan. 
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment